Minggu, 23 Agustus 2015

Waktu bagian 1

"Ibu aku ingin sepatu itu" ucapku sambil merengek. Namun ibu hanya diam, kemudian aku menangis sejadi-jadinya. "Ibu aku ingi sepatu baru" dengan sabar ibymu mengajakku pulang dari pasar. Sesampainya di rumah aku masih menangis, dengan sabar ibu berkata "iya nak ibu akan membelikannya, tapi tidak sekarang" aku pun terus merengek. "Uang ibu belum cukup untuk membeli sepatu, nah bagaimana kalau mulai hari ini kita menabung bersama untuk membeli sepatu?" ucap ibu sambil memangku ku. Akupun mulai berhenti menangis "baiklah bu, ayo kita menabung".

                 *    *      *
Ujian sekolah telah tiba, hatiku berdegup kencang seakan nyaris terlepas melompat keluar dari kerangka. "Nak ayo sini belajar" bapak memanggilku sembari membawa soal-soal untuk ku pelajari. Aku dan bapak setiap hari belajar bersama, aku sekolah di tempat bapak mengajar. Banyak keuntungan yang aku dapatkan. Namun hari itu aku kurang beruntung hasil ulangan matematika ku dibagi, hasilnya aku mendapat nol besar. Saat itu aku takut, sesampainya di rumah aku buan hasil ulangan itu. Tapi aku yakin bapak tetap hasil ulangan ku.
             *     *       *
"Mba eva....mana stikernya?" aku berteriak sambil berlari menambut kakak pertama ku pulang sekolah. "Huh...dasar bocah, nanti mba ganti baju dulu" ucap kakak ku kesal karena ulah ku. "Aku mau yang tom and jerry, empat pokoknya aku mau empat" rengek ku. Mba eva selalu memberika apa yang aku ingin. Tapi aku tidak suka saat aku makan disuapi mba eva, karena selalu disuruh cepat-cepat dan harus habis. Aku kasihan saat mba eva sakit dan di marahi ibu karena telat pulang sekolah. Aku paling suka saat diajaknya jalan-jalan keliling desa bahkan sampai desa sebelah yang jauh.
       *     *      *
"Iiiiiiihhhhh....aku yang warna kuning, aku ga mau yang ini" teriak mba onik kakak ku yang kedua. "Enaka aja, ga mau pokoknya aku yang kuning. Dasar bendil!" Ucap kakak ku. Setelah sekian lama kami beradu mulut, akhirnya tangan dan kaki kami pun ikut beradu. "Rasain, aku jambak rambut mba" kakak ku pun langsung membalas menjambak rambut ku. Sebenarnya kami adalah teman bermain yang paling seru. Apapum kami bicarakan, kami selalu bersama dan bermain bersama. Namun entah kenapa, di tengah-tengaj saat kami bermain, kami selalu bertengkar. Entah siapa yang mulai terlebih dahulu, aku selalu kalah dan menangis, kakak ku selalu menang dan selalu dimarahi ibu. Aku senang saat ibu memarahi kakak ku, menurut ku itu menyenangkan karena aku kalah.
     *      *        *
Itulah sebagian kecil kenangan masa kecilku sekitar 17-18 tahun yang lalu. Setelah lulus SMA ku tinggalkan bapak, ibu dan kekasih untuk melanjutkan pendidikan ku di Yogyakarta. Selama empat tahun aku berjuang bersama teman-teman baru dari berbagai daerah. Aku masuk kelas A5 di sana aku bertemu dengan teman-teman yang unik dan aneh-aneh. Suka, duka, tawa, canda, iri, dengki, caci, maki kami lalui bersama selama empat tahun. Perjuangan, semangat dan dukungan benar-benar kami rasakan saat skripsi. Begitu  banyak tantangan, ego, emosi yang sanat menguras energi. Namun kami dapat mendukung satu sama lain agar tetap semangat. Tawa dan tangis kami rasakan bersama. Kebahagiaan kami rasakan saat kelukusan kami tiba. Slam-slam terakhir dan semangat tak henti kami ucapkan untuk menghadapi  dan melanjutkan hidup.
               *      *      *